Online-uttarakhand.com – Sejarah dunia penuh dengan kisah tokoh luar biasa, tetapi tidak banyak yang meninggalkan jejak sedalam sosok Joan of Arc Pahlawan. Bayangkan, seorang gadis desa tanpa pengalaman militer mampu memimpin pasukan besar dan menjadi simbol perjuangan Prancis dalam Perang Seratus Tahun.
Read More : Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Sang Arsitek Dialektika
Pertanyaannya, bagaimana seorang remaja sederhana bisa bangkit menjadi ikon keberanian hingga akhirnya di anggap sebagai orang suci? Inilah kisah menarik tentang Joan of Arc Pahlawan yang hingga kini tetap di kenang!
Kehidupan Awal Joan of Arc Pahlawan
Untuk memahami perjalanan besar Joan, kita perlu menelusuri kehidupannya sejak awal. Joan of Arc lahir pada 6 Januari 1412 di Domrémy, sebuah desa kecil di timur laut Prancis. Ia berasal dari keluarga petani sederhana dan tidak pernah mendapat pendidikan formal. Namun, sejak kecil ia di kenal sebagai sosok religius yang taat.
Pada usia 13 tahun, Joan mulai mengaku mendengar suara yang di yakininya sebagai perintah dari Tuhan. Misi itu jelas, menyelamatkan Prancis dari penjajahan Inggris dan membantu Charles, putra mahkota, agar naik takhta sebagai raja sah. Keberanian Joan untuk mempercayai panggilan spiritual ini menjadi titik awal yang membedakan dirinya dari orang lain.
Joan of Arc Pahlawan dalam Perang Orléans
Perjalanan Joan menuju pengakuan tidaklah mudah. Ia sempat di tolak oleh komandan militer setempat, tetapi dengan tekadnya, Joan berhasil meyakinkan mereka. Pada tahun 1429, ia akhirnya di izinkan memimpin pasukan menuju Orléans, kota penting yang di kepung Inggris. Dengan mengenakan baju zirah putih dan menunggang kuda, Joan of Arc menjadi simbol harapan bagi pasukan Prancis.
Meski tanpa pengalaman perang, strategi dan semangat juangnya mengubah keadaan. Hasilnya, Prancis meraih kemenangan besar di Orléans. Kemenangan ini bukan hanya membangkitkan semangat bangsa, tetapi juga membuka jalan bagi penobatan Charles sebagai Raja Charles VII.
Penangkapan dan Eksekusi Joan of Arc Pahlawan
Namun, jalan hidup Joan tidak selamanya mulus. Setelah serangkaian kemenangan, posisinya mulai di anggap mengancam kekuasaan politik tertentu. Pada tahun 1430, Joan tertangkap oleh pasukan Burgundi yang bersekutu dengan Inggris. Ia kemudian di serahkan kepada pengadilan gereja yang sarat kepentingan politik.
Joan di adili dengan tuduhan sihir, bidah, hingga berpakaian pria, hal yang di anggap tabu pada masa itu. Meski masih remaja, ia menunjukkan keberanian luar biasa dalam menjawab berbagai tuduhan. Sayangnya, pengadilan tetap menjatuhkan vonis mati. Pada 30 Mei 1431, Joan of Arc dieksekusi dengan di bakar hidup-hidup di Rouen pada usia 19 tahun.
Dari Tuduhan Penyihir hingga Menjadi Orang Suci
Kematian Joan bukan akhir dari kisahnya. Justru setelah wafat, nama Joan semakin harum. Dua dekade kemudian, Raja Charles VII memerintahkan pengadilan ulang untuk membersihkan namanya. Hasilnya, Joan dinyatakan tidak bersalah dan martabatnya dipulihkan. Berabad-abad kemudian, pada tahun 1920, Paus Benediktus XV secara resmi mengangkat Joan sebagai orang suci.
Kini, Joan of Arc dikenang bukan hanya sebagai sosok religius, tetapi juga simbol nasionalisme, keberanian, dan pengorbanan. Kisah hidupnya menginspirasi berbagai karya seni, sastra, hingga film, serta terus menjadi teladan tentang bagaimana iman dan keberanian bisa mengubah sejarah.
Baca juga: Revolusi Teknologi Militer: Drone Dan Ai Dalam Sejarah Perang Modern
Joan of Arc Pahlawan yang Abadi
Kisah Joan of Arc Pahlawan adalah bukti bahwa keberanian tidak mengenal usia, gender, atau status sosial. Dari seorang gadis desa sederhana, ia tumbuh menjadi simbol perjuangan dan iman yang teguh. Meski hidupnya berakhir tragis, warisan semangatnya tetap hidup hingga kini. Tidak heran jika Joan of Arc dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah dunia.