Bagaimana Israel Bisa Menang di Perang Yom Kippur? Ketahui Disini Jawabannya!

Perang Yom Kippur

online-uttarakhand.com – Coba bayangin! lagi khusyuk-khusyuknya beribadah di hari paling sakral, lalu tiba-tiba sirene perang meraung di langit. Itulah yang terjadi pada 6 Oktober 1973. Di satu sisi, orang-orang Yahudi sedang memperingati Yom Kippur hari paling suci dalam kalender Ibrani. Di sisi lain, umat Muslim menjalankan ibadah puasa Ramadan. Tapi hari itu berubah jadi medan pertempuran besar. Bukan sekadar gesekan, ini Perang Yom Kippur, atau dikenal juga dengan Perang Ramadan atau Perang Oktober.

Koalisi Arab Menggempur Israel

Perang ini dimulai secara mengejutkan. Di saat tentara Israel lengah karena sebagian besar pasukannya diliburkan untuk memperingati Yom Kippur, Mesir dan Suriah melancarkan serangan dadakan. Libya ikut bergabung dalam serangan tersebut. Mesir menyerang dari selatan melewati Terusan Suez, sementara Suriah menyerbu dari utara melalui Dataran Tinggi Golan.

Jumlah pasukan yang dilibatkan pun luar biasa. Di Terusan Suez, hanya sekitar 500 tentara Israel berhadapan dengan 80.000 pasukan Mesir. Di Dataran Tinggi Golan, 180 tank Israel berhadapan dengan 1400 tank Suriah. Serangan ini sukses mengejutkan Israel dan memaksanya menarik mundur pasukan di banyak titik.

Strategi Baru Mesir, Belajar dari Kegagalan

Pelajaran pahit dari Perang Enam Hari tahun 1967 membuat Mesir tidak mau kecolongan lagi. Waktu itu, kekuatan udaranya hancur lebur. Nah, pada Perang Yom Kippur, Mesir mengadopsi strategi baru dengan perlindungan udara ketat. Mereka membangun “payung udara” dari rudal anti-pesawat dan meriam anti-serangan udara yang bergerak. Alhasil, pesawat-pesawat Israel yang terbiasa bebas bermanuver di langit mulai keok satu per satu.

Tapi Mesir punya masalah. Pertahanan udaranya nggak cukup cepat mengikuti laju pasukan darat. Akibatnya, ada jarak antara pasukan infanteri Mesir dengan perlindungan udaranya. Israel memanfaatkan celah ini dan menyerang pasukan Mesir yang terisolasi. Beberapa divisi Mesir pun akhirnya terjebak tanpa bantuan dan kehabisan logistik.

Israel Bangkit dan Balik Menyerang

Israel yang awalnya keteteran, akhirnya bisa bangkit setelah mengerahkan pasukan cadangan. Mereka menyerang balik dengan kekuatan penuh. Di front Suriah, tank-tank Israel berhasil menahan serangan dan mendorong pasukan Suriah mundur. Di front Mesir, mereka mulai masuk kembali ke wilayah Mesir, bahkan mendekati Kairo.

Namun sebelum semuanya hancur total, Dewan Keamanan PBB turun tangan dan mengeluarkan Resolusi 339 yang menyerukan gencatan senjata. Ini jadi penyelamat bagi Mesir dan Suriah dari kekalahan mutlak.

Perang Jadi Isyarat Dunia

Perang Yom Kippur bukan cuma soal siapa menang atau kalah. Pertempuran ini juga bikin dunia kebakaran jenggot. Ketika Amerika Serikat mulai mendukung Israel secara terbuka, Raja Faisal dari Arab Saudi memutuskan untuk memotong produksi minyak. Boom! Harga minyak dunia melesat dan menciptakan krisis energi global. Negara-negara industri kelabakan karena pasokan minyak terhambat parah.

Korban dan Kerugian

Perang ini memakan korban besar di kedua belah pihak. Sekitar 2.688 tentara Israel tewas, 7.000-an luka-luka, dan lebih dari 800 tank serta 102 pesawat tempur hancur. Sementara di pihak Mesir dan Suriah, sekitar 35.000 prajurit tewas, 15.000 lebih luka-luka, 8.300 ditawan, dan ratusan pesawat tempur hancur.

Dampak Politik, Mundurnya Para Pemimpin

Kekalahan di awal perang membuat masyarakat Israel murka. Demonstrasi pecah di mana-mana. Perdana Menteri Golda Meir, Menteri Pertahanan Moshe Dayan, dan Panglima David Elazar akhirnya mengundurkan diri. Israel lalu mulai membenahi diri besar-besaran. Mereka mengembangkan senjata sendiri, seperti pesawat Kfir dan tank Merkava, dan memperkuat industri pertahanan demi mengurangi ketergantungan pada luar negeri.

Mesir Kalah Tapi Bangkit

Meski secara militer kalah, Mesir merasa mereka berhasil mengembalikan harga diri setelah kekalahan memalukan di tahun 1967. Tentara Mesir sempat berhasil menyeberangi Terusan Suez dan menguasai beberapa wilayah Israel. Ketika akhirnya Israel mengundurkan diri dari Port Said, rakyat Mesir menyambutnya dengan arak-arakan dan euforia besar.

Perang ini memberi Anwar Sadat posisi tawar yang lebih kuat dalam negosiasi damai. Hasilnya, pada 1978, lahirlah Perjanjian Camp David yang dimediasi Amerika Serikat. Israel setuju untuk menarik diri dari Semenanjung Sinai, dan Mesir menjadi negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel.

Dampak bagi Palestina dan Dunia Arab

Sayangnya, perjanjian damai ini bikin Palestina makin terpinggirkan. PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) merasa dikhianati karena hak-hak Palestina tidak diangkat serius dalam perjanjian. Bahkan Yordania, yang sebelumnya mendukung Palestina, mulai bersikap netral setelah kalah di Perang Enam Hari.

PLO akhirnya diusir dari Yordania dan pindah ke Lebanon. Sementara itu, Suriah yang juga kalah perang tetap enggan berdamai sampai wilayah Dataran Tinggi Golan dikembalikan oleh Israel. Karena itu, mereka tidak pernah menandatangani perjanjian damai hingga saat ini.

Baca juga: Fakta Perang yang Terus Menggentarkan Dunia

Sadat Terbunuh, Dunia Arab Bergejolak

Tindakan Anwar Sadat yang menandatangani perdamaian dengan Israel menuai kritik pedas dari kalangan Islamis di dalam negeri. Ia dituduh mengkhianati perjuangan Palestina dan Arab. Tahun 1981, dalam parade militer untuk memperingati delapan tahun Perang Yom Kippur, Sadat dibunuh oleh kelompok militan dari dalam tentaranya sendiri. Pembunuhan Sadat jadi simbol bahwa Perang Yom Kippur tak cuma menorehkan luka fisik, tapi juga luka politik yang mendalam di dunia Arab.

Kesimpulan

Perang Yom Kippur adalah salah satu konflik paling besar dan menentukan di Timur Tengah. Meskipun Israel menang secara militer, dampaknya begitu luas dan kompleks. Mesir mungkin kalah di medan tempur, tapi berhasil memutar arah sejarah lewat diplomasi.

Palestina makin kehilangan pijakan. Dan dunia? Kena getahnya lewat krisis minyak global. Perang ini bukan cuma soal tank, jet, atau strategi. Ini adalah cerita tentang harga diri, pengkhianatan, perjanjian damai, dan konsekuensi yang masih terasa sampai sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *