online-uttarakhand.com – Saat Eropa masih terlelap dalam gelapnya Abad Pertengahan, sebuah cahaya terang justru meletup dari selatan Semenanjung Iberia. Di tanah yang kini dikenal sebagai Spanyol dan Portugal, berdiri satu peradaban yang begitu gemilang. Bukan karena pasukan perangnya yang hebat, melainkan karena kejayaan ilmu, seni, dan toleransi yang luar biasa. Inilah kisah megah tentang peradaban Islam di Andalusia, jejak kejayaan Islam yang masih bergema sampai sekarang.
Awal Masuknya Islam ke Andalusia
Kisah ini dimulai pada tahun 711 M, saat pasukan Muslim di bawah komando Thariq bin Ziyad menyeberangi Selat Gibraltar dan menumbangkan kekuasaan Raja Roderick dari kerajaan Visigoth. Penaklukan ini bukan hanya soal merebut wilayah, tapi menjadi titik awal perubahan besar yang mengubah wajah Iberia. Wilayah yang ditaklukkan itu kemudian dikenal dengan nama Al-Andalus.
Dalam waktu singkat, peradaban Islam di Andalusia berkembang pesat di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah. Masa paling gemilang terjadi saat Abdurrahman III mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah dan menjadikan Cordoba sebagai ibu kota. Cordoba berubah menjadi kota bercahaya, penuh dengan taman, masjid, perpustakaan, dan sekolah. Sementara kota-kota lain di Eropa masih gelap dan kotor, Cordoba berdiri megah dengan lampu-lampu jalan dan sistem sanitasi yang canggih.
Pusat Ilmu dan Intelektual Dunia
Salah satu pilar utama kejayaan peradaban Islam di Andalusia adalah kecintaan terhadap ilmu pengetahuan. Di sini, karya-karya filsuf Yunani seperti Aristoteles dan Plato diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Tapi tak berhenti sampai situ, para ilmuwan Muslim bahkan mengembangkan teori-teori baru yang melampaui zamannya.
Nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Al-Zahrawi, dan Abbas bin Firnas bukan sekadar tokoh sejarah. Ibnu Rusyd, atau Averroes, menghidupkan kembali filsafat klasik dan jadi inspirasi besar bagi Eropa. Al-Zahrawi dikenal sebagai pelopor ilmu bedah modern, dengan kitab Al-Tasrif yang dijadikan rujukan medis hingga ratusan tahun. Sementara Abbas bin Firnas bereksperimen dengan penerbangan jauh sebelum Wright bersaudara lahir.
Seni dan Arsitektur yang Memikat
Keindahan Andalusia tak hanya terletak pada ilmu, tapi juga dalam seni dan arsitekturnya. Lihat saja Alhambra di Granada, istana megah dengan ukiran yang nyaris tak bisa ditiru zaman sekarang. Atau Masjid Cordoba dengan pilar-pilarnya yang seolah menciptakan ilusi tak berujung. Semuanya adalah karya luar biasa yang lahir dari perpaduan teknik tinggi dan kehalusan spiritual.
Arsitektur Islam di Andalusia dipenuhi simbol. Lengkungan yang bersilang, kaligrafi yang terukir halus, dan pola geometris yang simetris adalah bentuk ekspresi iman, bukan sekadar hiasan belaka.
Andalusia dan Toleransi yang Menginspirasi
Yang menjadikan peradaban Islam di Andalusia begitu istimewa adalah atmosfer toleransi yang di bangun. Muslim, Yahudi, dan Kristen bisa hidup berdampingan secara damai. Mereka saling bertukar ilmu, berdiskusi, bahkan bekerja sama dalam proyek-proyek keilmuan. Sistem convivencia ini memberi ruang bagi semua golongan untuk berkembang. Para ilmuwan Yahudi menulis dalam bahasa Arab. Teolog Kristen belajar filsafat dari guru-guru Muslim.
Namun, kejayaan itu perlahan-lahan memudar. Perpecahan internal, ambisi politik yang saling bertabrakan, dan tekanan dari kerajaan Kristen di utara membuat Andalusia rapuh. Satu per satu wilayahnya jatuh ke tangan Reconquista, sebuah gerakan penaklukan kembali oleh bangsa Kristen. Tahun 1492 menjadi penanda akhir dari peradaban Islam di Andalusia. Ketika Granada kota terakhir yang di kuasai Muslim di serahkan kepada Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Saat itu, bukan hanya wilayah yang hilang, tapi juga simbol dari satu masa kejayaan luar biasa.
Baca juga: Menyingkap Sejarah Gunung Bromo, Legenda Cinta, Lautan Pasir, dan Warisan Leluhur Suku Tengger
Warisan Andalusia Masih Hidup
Meskipun secara politik Islam telah tersingkir dari Andalusia, warisannya tetap hidup. Banyak karya-karya ilmiah yang di terjemahkan ke dalam bahasa Latin, menginspirasi gerakan Renaisans di Eropa. Ironisnya, banyak tokoh besar Eropa yang justru menimba ilmu dari fondasi yang di bangun oleh kaum Muslim di Andalusia. Kini, jejak-jejak itu masih bisa kamu lihat. Dari bangunan-bangunan megah di Spanyol hingga kosakata dalam bahasa Spanyol yang mengandung unsur Arab.
Bahkan dalam tradisi kuliner, musik, dan gaya hidup masyarakat Andalusia, pengaruh Islam masih terasa hangat. Peradaban Islam di Andalusia bukan sekadar sejarah masa lalu, tapi cermin yang bisa di pakai untuk menilai masa kini. Ia mengajarkan bahwa kemajuan lahir dari keterbukaan, dari dialog antarbudaya, dan dari rasa ingin tahu yang terus menyala.
Di tengah dunia modern yang di penuhi konflik karena perbedaan, Andalusia datang sebagai pengingat. Bahwa pernah ada masa ketika perbedaan menjadi kekuatan. Ketika iman, ilmu, dan kemanusiaan berjalan berdampingan.
Cahaya yang Tak Pernah Padam
Peradaban Islam di Andalusia mungkin telah lama runtuh secara fisik. Tapi semangatnya tetap mengalir, seperti sungai Guadalquivir yang tak henti menelusuri tanah Andalusia. Jejaknya abadi dalam ilmu, dalam seni, dalam nilai toleransi yang hari ini begitu di butuhkan dunia. Dan kalau kamu ingin tahu seperti apa wajah peradaban Islam yang sejati, bukan yang kaku, bukan yang menakutkan, lihatlah ke Andalusia. Di sana, sejarah bicara tanpa suara, namun suaranya masih terdengar hingga sekarang.