online-uttarakhand.com – Bayangkan gurun gersang yang dihuni pertikaian, dendam kesukuan, dan penyembahan berhala di tiap sudut kota. Di tengah riuh rendah kehidupan yang kehilangan arah, muncul sosok pembawa obor yang menyalakan cahaya di tengah kegelapan yaitu beliau Nabi Muhammad SAW. Dari beliaulah peradaban Islam pada masa Rasulullah memulai napasnya.
Bukan hanya revolusi spiritual, tapi juga sosial, politik, hingga budaya. Dari lorong sunyi Mekkah hingga kemegahan Madinah, Rasulullah bukan sekadar mengajarkan iman, tapi membangun sebuah sistem hidup yang bertahan lintas zaman. Dan untuk memahi lebih dalam peradaban Islam pada masa Rasulullah Mari kita simak pembahasan dibawah ini!
Dakwah Awal Diam-Diam Menyalakan Api Keyakinan
Peradaban Islam pada masa Rasulullah bermula dengan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Selama tiga tahun, Nabi Muhammad SAW hanya berdakwah kepada orang-orang terdekat. Zaid, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, nama-nama ini menjadi fondasi awal peradaban baru. Melalui Abu Bakar, banyak bangsawan Quraisy yang akhirnya masuk Islam. Dakwah Nabi SAW terus merambat seperti air meresap ke pasir. Pelan, tapi tak bisa dihentikan.
Dakwah Terbuka dan Perlawanan Quraisy
Perintah untuk berdakwah secara terang-terangan pun turun. Rasulullah SAW menyampaikan Islam ke hadapan kaum Quraisy. Tapi bukan sambutan hangat yang didapat, justru intimidasi, caci maki, bahkan siksaan kejam. Peradaban Islam pada masa Rasulullah diuji dengan berbagai tekanan sejak awal kelahirannya.
Tapi inilah awal transformasi. Islam mengajarkan persamaan hak di tengah budaya ketimpangan. Budak, wanita, hingga orang miskin merasa memiliki harga diri. Sebuah gagasan yang terlalu revolusioner untuk zaman itu.
Habsyah sebagai Tempat Aman Pertama
Melihat siksaan yang makin membabi buta, Nabi SAW memerintahkan sebagian pengikutnya hijrah ke Habsyah (Ethiopia). Negus, sang raja, dikenal adil dan melindungi mereka. Langkah ini bukan hanya menyelamatkan nyawa, tapi juga memperluas simpul dakwah ke luar Mekkah.
Kemudian datang harapan dari arah Yastrib. Penduduknya yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj mulai menerima Islam. Dua kali pertemuan Aqabah menjadi saksi lahirnya janji setia mereka untuk melindungi Rasulullah. Maka dimulailah peradaban Islam yang lebih terstruktur.
Lahirnya Sebuah Peradaban Baru
Saat Nabi Muhammad SAW hijrah ke Yastrib yang kemudian di kenal sebagai Madinah, terjadi loncatan besar dalam sejarah. Penduduk menyambut beliau bak raja. Di sanalah peradaban Islam pada masa Rasulullah mendapat bentuk nyatanya sebagai negara. Hal pertama yang di lakukan Rasulullah adalah membangun masjid. Bukan hanya tempat ibadah, tapi pusat diskusi, strategi, bahkan pemerintahan. Di sinilah simbol peradaban Islam pertama kali berdiri kokoh.
Ukhuwah Islamiyah, Membangun Persatuan Umat
Nabi SAW mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Ini bukan sekadar ritual formal. Ini pondasi emosional dan spiritual yang membentuk komunitas Islam pertama. Mereka berbagi harta, rumah, dan kasih sayang, yang merupakan sebuah solidaritas yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Rasulullah SAW pun mulai menyusun Piagam Madinah. Sebuah perjanjian yang mengakui hak setiap kelompok agama dan menjamin kebebasan beribadah. Dalam piagam ini, beliau resmi di angkat sebagai pemimpin politik. Peradaban Islam pada masa Rasulullah bukan hanya religius, tapi juga legal dan administratif.
Dinamika Politik dan Perang, Melindungi Hak dan Martabat
Islam mengizinkan perang hanya dalam dua kondisi, yaitu untuk mempertahankan diri dan menjaga kebebasan berkeyakinan. Rasulullah membentuk pasukan demi menjaga Madinah dari serangan luar. Perang Badar, Uhud, dan Khandaq adalah catatan sejarah tentang pertahanan terhadap tirani.
Setelah serangkaian kemenangan dan perjanjian damai, Islam menjelma jadi kekuatan dominan. Suku-suku Arab satu per satu menyatakan tunduk. Musuh yang dulu mengangkat pedang, kini menjadi saudara seagama. Peradaban Islam pada masa Rasulullah tumbuh dari luka menjadi kekuatan penyatu bangsa.
Khutbah Wada, Wasiat yang Menggetarkan Zaman
Dalam ibadah haji terakhirnya, Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah perpisahan yang menggugah, yaitu larangan riba, perintah memperlakukan wanita dengan baik, persamaan seluruh manusia tanpa membedakan ras, serta pentingnya berpegang teguh pada Al-Qurโan dan Hadis. Khutbah ini bukan hanya pidato spiritual. Ini adalah manifestasi nilai-nilai peradaban Islam pada masa Rasulullah yaitu keadilan sosial, etika ekonomi, dan kemanusiaan universal.
Dua bulan setelah haji wada, Nabi Muhammad SAW wafat. Tapi warisan yang di tinggalkan beliau tak pernah padam. Dalam waktu sebelas tahun di Madinah, beliau bukan hanya membentuk umat, tapi juga mendirikan sistem peradaban.
Baca juga: Sejarah Perang Hunain, Titik Balik yang Memperkuat Dominasi Islam di Jazirah Arab
Warisan yang Menyinari Zaman
Peradaban Islam pada masa Rasulullah adalah gambaran tentang bagaimana iman yang kokoh bisa meruntuhkan tirani, bagaimana solidaritas bisa melampaui darah dan kasta, dan bagaimana satu manusia bisa mengubah wajah dunia hanya dalam waktu singkat.
Dari masjid sederhana di Madinah hingga khutbah perpisahan yang mengguncang hati, setiap langkah Nabi Muhammad SAW adalah cetakan sejarah. Islam bukan hanya ajaran spiritual, tapi juga sistem hidup, pemerintahan, dan nilai kemanusiaan yang tak lekang waktu. Kini, di tengah dunia yang serba modern, nilai-nilai dari peradaban Islam pada masa Rasulullah tetap relevan, menjadi pelita bagi siapa pun yang haus keadilan, kebenaran, dan kedamaian.