online-uttarakhand.com – Sejarah sering kali menyimpan kisah penuh intrik, ambisi, dan perebutan kekuasaan. Salah satunya adalah konflik panjang yang tercatat dalam sejarah Eropa, yakni Perang Seratus Tahun. Banyak yang bertanya, apa sebenarnya Penyebab Perang Seratus Tahun hingga mampu berlangsung begitu lama? Jawabannya tidak sesederhana perebutan tahta, melainkan faktor politik, ekonomi, dan bahkan gengsi antar kerajaan besar kala itu, Inggris dan Prancis.
Read More : Latar Belakang Perang Salib pada Masa Dinasti Abbasiyah dan Dampaknya
Mari kita telusuri lebih jauh bagaimana Penyebab Perang Seratus Tahun ini bermula dan mengapa terus berkobar hingga lebih dari satu abad!
Persaingan Tahta dan Klaim Keturunan
Salah satu penyebab perang seratus tahun yang paling menonjol adalah perebutan tahta Prancis. Setelah runtuhnya Dinasti Capet di Prancis, terjadi kekosongan kekuasaan. Edward III dari Inggris merasa memiliki hak sah atas mahkota Prancis melalui garis keturunan ibunya yang berasal dari keluarga Capetian.
Namun, pihak bangsawan Prancis menolak klaim tersebut dengan alasan hukum warisan tidak bisa diturunkan melalui garis perempuan. Akhirnya, tahta jatuh ke tangan keluarga Valois, yang kemudian menimbulkan kemarahan Inggris. Klaim inilah yang menjadi api awal memicu konflik besar antara kedua kerajaan.
Ambisi Politik dan Ekspansi Wilayah
Selain masalah tahta, ambisi Edward III memperluas wilayah menjadi salah satu penyebab perang seratus tahun yang tidak bisa diabaikan. Inggris, yang sebelumnya berhasil menaklukkan Skotlandia meski kemudian kehilangan kembali wilayah tersebut, melihat Prancis sebagai lahan kekuasaan yang jauh lebih menjanjikan.
Kaya akan sumber daya dan posisi strategis, Prancis dianggap sebagai hadiah besar yang patut diperjuangkan. Keinginan Inggris menguasai Prancis bukan hanya soal kekuasaan, tapi juga soal kebanggaan sebagai kerajaan besar di Eropa.
Konflik Ekonomi dan Perdagangan
Tidak hanya politik, penyebab perang seratus tahun juga berakar pada persoalan ekonomi. Inggris dan Prancis sama-sama berkepentingan atas wilayah Flanders, pusat industri kain yang bergantung pada wol Inggris. Ketika Prancis mencoba mencampuri urusan perdagangan Flanders, pedagang Inggris merasa di rugikan. Bahkan, sering kali terjadi pembajakan kapal dagang antara pelaut kedua negara.
Persaingan ekonomi ini menambah keruh hubungan dan membuat konflik semakin sulit di hindari. Dengan perdagangan menjadi urat nadi perekonomian, pertikaian dagang berubah menjadi alasan kuat untuk mengobarkan perang.
Faktor Gengsi dan Pertarungan Kekuasaan
Eropa abad pertengahan tidak hanya soal kekuasaan nyata, tetapi juga soal gengsi di mata kerajaan lain. Inggris dan Prancis sama-sama ingin menunjukkan diri sebagai kekuatan dominan. Penyebab perang seratus tahun juga terkait erat dengan citra kedua kerajaan yang tidak ingin terlihat lemah di hadapan sekutu maupun musuh.
Edward III ingin menegaskan kejayaan Inggris, sementara Prancis berusaha mempertahankan kedaulatannya. Persaingan ini membuat setiap gencatan senjata mudah pecah kembali menjadi pertempuran baru.
Dampak dari Penyebab yang Kompleks
Melihat berbagai faktor di atas, jelas bahwa penyebab perang seratus tahun bukan hanya satu, melainkan kumpulan dari ambisi politik, perebutan tahta, konflik ekonomi, dan pertarungan gengsi. Inilah yang membuat perang berlangsung begitu lama, hingga 116 tahun, dengan periode gencatan senjata yang selalu di warnai ketegangan baru.
Bagi Eropa, perang ini tidak hanya mengubah peta politik, tetapi juga membawa dampak besar terhadap masyarakat, ekonomi, bahkan perkembangan teknologi militer pada masa itu.
Baca juga: Ungkap Misteri Piramida Mesir yang Bikin Dunia Heboh!
Penyebab Perang Seratus Tahun menjadi bukti nyata bagaimana kepentingan politik, ekonomi, dan gengsi dapat memicu konflik berkepanjangan. Dari klaim tahta yang di perdebatkan, ambisi Edward III, hingga perebutan pengaruh ekonomi di Flanders, semuanya berpadu menjadi alasan yang membuat perang tak kunjung padam.
Dengan memahami penyebab perang seratus tahun, kita bisa melihat bahwa sejarah bukan hanya catatan masa lalu, tetapi juga cermin bagaimana ambisi manusia dapat mengubah jalannya peradaban.