Mengurai Akar Perang Lebanon Israel, Jejak Panjang Konflik yang Membentuk Timur Tengah

Perang Lebanon Israel

online-uttarakhand.com – Konflik di Timur Tengah bukan hal baru, tetapi ada satu konflik yang terus menyala dari generasi ke generasi, yakni Perang Lebanon Israel. Meskipun tak selalu menjadi sorotan utama media, perang ini menyimpan sejarah panjang yang membekas dalam ingatan dunia.

Kenapa dua negara bertetangga ini seperti tak pernah bisa berdamai? Apa yang sebenarnya menjadi akar dari perseteruan ini? Mari kita telusuri jejak sejarahnya agar kamu bisa memahami kompleksitas Perang Lebanon Israel ini dengan lebih jernih.

Sejarah Awal Perang Lebanon Israel, Ketegangan Pasca Berdirinya Israel

Permusuhan antara Lebanon dan Israel dimulai tak lama setelah proklamasi berdirinya negara Israel pada 15 Mei 1948. Sehari setelah deklarasi tersebut, negara-negara Arab termasuk Lebanon, menyerang wilayah yang diambil alih oleh Israel, menandai dimulainya ketegangan militer yang panjang.

Serangan awal ini membawa dampak besar pada eksistensi Palestina, karena ribuan warganya mengungsi ke negara-negara tetangga, termasuk Lebanon. Sejak saat itu, Lebanon menjadi tempat bernaung bagi banyak kelompok perjuangan Palestina, seperti PLO. Keberadaan kelompok-kelompok ini di Lebanon selatan membuat wilayah tersebut menjadi titik panas dalam Perang ini yang berkepanjangan.

Tahun-Tahun Penting, Puncak dan Penurunan Intensitas Konflik

1968 hingga 1982 menjadi tahun-tahun paling kritis dalam eskalasi Perang Lebanon Israel. Tahun 1968, Israel membalas serangan terhadap pesawatnya dengan menghancurkan sejumlah pesawat komersial di Bandara Beirut. Puncaknya terjadi pada 1982 saat Israel melancarkan invasi besar-besaran lewat Operation Peace for Galilee.

Tujuannya bukan hanya membasmi milisi Palestina, tetapi juga menghapus pengaruh PLO di Lebanon. Tapi, yang terjadi justru kekacauan besar dan kelahiran kelompok baru bernama Hizbullah, yang kini menjadi aktor utama dalam konflik Perang ini. Hizbullah muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap pendudukan Israel dan dengan cepat berkembang menjadi kekuatan militer dan politik yang disegani.

Hizbullah dan Babak Baru Konflik, Perang yang Tak Pernah Usai

Kemunculan Hizbullah mengubah peta kekuatan di Lebanon. Organisasi ini menjadi simbol perlawanan terhadap Israel, dan melakukan berbagai operasi gerilya yang menyasar pasukan IDF (Israel Defence Forces). Balasan dari Israel pun tak kalah brutal.

Tahun 1993 dan 1996 menjadi saksi operasi militer besar Israel dengan nama Operation Accountability dan Grapes of Wrath. Dalam salah satu serangan di Qana, ratusan warga sipil tewas saat Israel menargetkan markas Hizbullah yang berdekatan dengan kompleks PBB.

Konflik kembali memuncak pada 2006 ketika Hizbullah menculik dua tentara Israel, yang dibalas Israel dengan serangan udara dan darat ke Lebanon Selatan. Perang Lebanon Israel kala itu berlangsung selama 33 hari dan menewaskan lebih dari seribu orang di kedua pihak, kebanyakan warga sipil.

Perang Lebanon Israel di Era Modern, Eskalasi Baru di Tengah Konflik Regional

Meskipun perang terbuka mereda pasca 2006, tensi tak pernah benar-benar hilang. Sejak 2023, serangan roket dari Hizbullah ke wilayah Israel Utara kembali memanas, sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza. Sebaliknya, Israel meluncurkan serangan terbatas ke markas Hizbullah di Lebanon Selatan pada akhir 2024.

Pernyataan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, bahwa “fase baru dalam perang melawan Hizbullah akan segera dimulai”, menandakan bahwa api Perang Lebanon Israel kembali di nyalakan. Situasi ini sangat berisiko, apalagi wilayah perbatasan dihuni banyak warga sipil yang harus mengungsi demi keselamatan.

Baca juga: Winston Churchill, Pahlawan Inggris Raya yang Hidup Berkali-Kali

Dampak Jangka Panjang Perang Lebanon Israel terhadap Stabilitas Regional

Perang Lebanon Israel bukan hanya menjadi konflik dua negara semata, namun memiliki efek domino terhadap kestabilan kawasan Timur Tengah secara keseluruhan. Ketegangan yang terus berlangsung menumbuhkan iklim saling curiga di antara negara-negara sekitar, dan memperburuk diplomasi. Selain itu, ketegangan ini juga membuka peluang intervensi pihak asing yang berkepentingan terhadap kawasan tersebut.

Selain itu, pertikaian ini juga berpengaruh besar terhadap krisis kemanusiaan. Ribuan warga sipil kehilangan tempat tinggal, infrastruktur vital hancur, dan generasi muda tumbuh dalam bayang-bayang perang. Perang Lebanon Israel juga menjadi faktor utama lahirnya kelompok-kelompok perlawanan baru, memperpanjang siklus kekerasan tanpa akhir. Selama akar konflik tidak di selesaikan secara adil, perdamaian di kawasan ini akan tetap menjadi ilusi.

Belajar dari Sejarah, Menghindari Pengulangan Luka Lama

Perang Lebanon Israel bukan sekadar perang senjata. Ia adalah konflik panjang yang di penuhi oleh dendam sejarah, intervensi politik, dan luka kemanusiaan yang dalam. Sejak 1948 hingga kini, tak terhitung jumlah nyawa yang melayang dan rumah yang rata dengan tanah karena peperangan ini.

Kini, pertanyaannya adalah, sampai kapan Perang Lebanon Israel akan terus menyandera masa depan dua bangsa ini? Jika sejarah tak di jadikan cermin, maka bukan tidak mungkin bara ini kembali menjadi api besar yang membakar habis harapan damai di Timur Tengah. Konflik ini adalah pelajaran pahit tentang apa yang terjadi jika diplomasi gagal, dan kekerasan dijadikan satu-satunya jalan keluar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *