Fakta Seru Sejarah Pembangunan Monas yang Jarang Diketahui

Sejarah Pembangunan Monas

online-uttarakhand.com – Kamu pernah lihat Monas, kan? Tugu tinggi menjulang dengan lidah api emas di puncaknya yang berdiri megah di jantung Jakarta. Tapi kamu tahu nggak sih, ada banyak cerita menarik di balik pembangunan Monumen Nasional itu?  Nah, dalam artikel ini, kamu bakal diajak buat ngebongkar semua rahasia dan fakta tersembunyi dari Sejarah Pembangunan Monas yang mungkin selama ini cuma jadi latar foto doang tiap kamu ke Jakarta.

Khusus buat kamu yang masih Taunya Monas hanya sebatas wisata iconic saja, wajib banget untuk baca ini, biar wawasan makin bertambah. Dan yuk, kita bahas bersama-sama sejarahnya yang penuh semangat perjuangan dan jiwa nasionalisme, melalui penjelasan di bawah ini!

Gagasan Awal: Dari Mimpi Jadi Tugu Ikonik

Sebelum Monas berdiri kokoh seperti sekarang, ada ide besar yang melatarbelakanginya. Setelah Indonesia merdeka di tahun 1945, semangat perjuangan itu rasanya pengin banget diabadikan lewat sebuah monumen.

Nah, itulah awal mula munculnya gagasan pembangunan Monas. Sejarah Pembangunan Monas dimulai sekitar sembilan tahun setelah proklamasi. Saat itu, muncul ide buat bikin simbol nasional yang bukan cuma gagah tapi juga punya makna mendalam.

Panitia Tugu Nasional dibentuk. Mereka mulai memikirkan bentuk, lokasi, dan juga bagaimana cara mengumpulkan dana, dan menariknya, semuanya dikumpulin dari swadaya masyarakat! Keren banget kan?

Sayembara Desain: Dari Ratusan Gagasan, Gagal Terus!

Untuk mewujudkan tugu yang ikonik dan melambangkan semangat perjuangan bangsa, di adakan sayembara desain. Tapi kamu tahu nggak? Dua kali sayembara di gelar, hasilnya nihil alias nggak ada yang cocok. Tim penilai (yang waktu itu diketuai langsung oleh Presiden Soekarno) punya standar tinggi banget.

Akhirnya, dua arsitek lokal keren yakni Soedarsono dan Frederich Silaban di beri tugas buat bikin desain sendiri-sendiri. Hasilnya Soekarno jatuh hati sama desain Soedarsono, yang mengusung konsep Lingga dan Yoni sebagai simbol keabadian dan keseimbangan hidup. Sejarah Pembangunan Monas makin seru karena desainnya nggak asal tinggi doang. Ada filosofi nasionalis yang dalam banget di balik bentuk tugu dan cawannya.

Proses Pembangunan: Tiga Tahap Penuh Tantangan

Setelah desain di pilih, mulailah proses panjang pembangunan Monas. Total, ada tiga tahap pembangunan yang di lalui. Tahap pertama di mulai tahun 1961, di mana segala sesuatunya masih pakai dana dari masyarakat. Tapi saat masuk tahap kedua di tahun 1966, pembangunan sempat lesu gara-gara keterbatasan biaya.

Untungnya, di tahap ketiga (1969-1976), pembangunan mulai stabil karena biayanya disokong dari anggaran pemerintah pusat. Sejarah Pembangunan Monas mencatat, bangunan ini benar-benar hasil kerja keras dan semangat pantang menyerah, sama seperti perjuangan bangsa Indonesia dulu!

Baca juga: Winston Churchill, Pahlawan Inggris Raya yang Hidup Berkali-Kali

Desain Arsitektur: Bukan Sekadar Tugu Biasa

Nah, sekarang kita bahas bagian yang bikin Monas beda dari tugu-tugu lainnya. Bentuk tugu menjulang tinggi itu bukan cuma biar kelihatan gagah, tapi punya makna. Filosofi Lingga dan Yoni menggambarkan keseimbangan hidup, seperti siang dan malam, pria dan wanita, baik dan buruk.

Yang bikin makin istimewa, di puncak tugu ada lidah api dari perunggu seberat 14,5 ton yang di lapisi emas. Awalnya, emasnya cuma 35 kg, tapi pada ulang tahun ke-50 RI, emasnya di tambah jadi 50 kg.

Lidah api itu jadi simbol semangat bangsa Indonesia yang nggak pernah padam. Keren banget ya? Sejarah Pembangunan Monas mencatat bahwa lidah api ini bukan cuma hiasan, tapi lambang abadi dari tekad bangsa yang terus menyala.

Ruang-Ruang di Dalam Monas

Kamu tahu nggak, di dalam Monas ada beberapa ruangan yang super menarik? Di bagian bawah, ada Ruang Museum Sejarah Nasional yang memamerkan diorama perjuangan bangsa dari zaman prasejarah sampai Orde Baru. Lantainya di lapisi marmer, dan kamu bisa dengar rekaman suara Bung Karno saat membacakan teks proklamasi.

Lalu, ada juga Ruang Kemerdekaan di dalam bagian cawan tugu. Di situ ada Peta Kepulauan Indonesia, Lambang Negara, dan naskah asli Proklamasi. Semua itu di buat supaya kita bisa ngerasain lagi semangat kemerdekaan.

Yang paling di tunggu-tunggu tentu aja pelataran puncak Monas. Dari ketinggian 132 meter, kamu bisa lihat seluruh penjuru Jakarta pakai teropong yang tersedia di tiap sudut. Serasa jadi raja sehari lihat negeri dari atas!

Patung Pangeran Diponegoro Sebagai Ikon Heroik yang Nggak Kalah Keren

Selain tugu utama, di dekat pintu masuk Monas ada patung Pangeran Diponegoro yang lagi menunggang kuda. Patung ini terbuat dari perunggu seberat 8 ton, karya pemahat Italia, Prof. Coberlato. Ini adalah sumbangan dari Konsulat Jendral Honores Dr. Mario, lho.

Jadi selain punya nilai sejarah nasional, Monas juga jadi simbol persahabatan antarbangsa. Sejarah Pembangunan Monas juga nggak lepas dari kolaborasi lintas bangsa dan semangat gotong royong.

Monas, Simbol Semangat yang Tak Pernah Padam

Gimana? Setelah tahu lebih dalam soal Sejarah Pembangunan Monas, kamu pasti makin kagum kan? Monumen ini bukan cuma tugu beton biasa. Di balik setiap detilnya, ada semangat perjuangan, pengorbanan, dan cita-cita tinggi bangsa Indonesia yang ingin terus di kenang sepanjang masa.

Monas jadi saksi bisu perjuangan bangsa dari masa penjajahan hingga masa kini. Dan kamu, sebagai bagian dari generasi penerus, perlu tahu dan bangga dengan Sejarah Pembangunan Monas ini. Jadi, lain kali kalau kamu main ke Monas, jangan cuma foto-foto doang, tapi juga resapi semangatnya, ya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *