online-uttarakhand.com – Sejarah sering kali menyimpan kejutan yang tak terduga, dan salah satu babak paling menarik adalah sejarah Islam di Spanyol. Pernahkah anda membayangkan bahwa wilayah Eropa yang kini dikenal sebagai pusat budaya Barat pernah menjadi tempat berkembangnya peradaban Islam yang megah dan berpengaruh?
Mari kita telusuri lebih dalam mengenai sejarah Islam di Spanyol, dan temukan mengapa kisah ini masih relevan untuk dipelajari hingga hari in!
Sejarah Islam di Spanyol, Masa Awal Masuknya Islam ke Spanyol
Untuk memahami sejarah Islam di Spanyol, kita harus menengok ke abad ke-8. Ketika itu, wilayah yang sekarang dikenal sebagai Spanyol adalah bagian dari Semenanjung Iberia, dikuasai oleh Kerajaan Visigoth. Namun kekuasaan Visigoth yang kian melemah membuka celah besar bagi ekspansi Islam.
Pada tahun 711 Masehi, Thariq bin Ziyad memimpin pasukan Muslim menyeberangi Selat Gibraltar dengan sekitar 7.000 prajurit. Di bawah perintah Musa bin Nushair, gubernur wilayah Afrika Utara, ekspedisi ini menandai permulaan penyebaran Islam di Eropa Barat. Perlawanan Visigoth dengan cepat melemah, dan kota-kota penting seperti Toledo, Granada, hingga Sevilla satu per satu jatuh ke tangan Muslim.
Keberhasilan ini tidak hanya karena kekuatan militer, tetapi juga karena kondisi internal Visigoth yang terpecah dan intoleran terhadap kelompok agama lain. Situasi ini mempermudah umat Islam mengukuhkan kekuasaan mereka dan menancapkan akar sejarah Islam di Spanyol.
Puncak Kejayaan Islam di Andalusia
Setelah berhasil menaklukkan sebagian besar wilayah Spanyol, umat Islam mendirikan kekuasaan yang disebut Andalusia. Kota Kordoba kemudian menjadi pusat pemerintahan dan budaya Islam di kawasan ini. Abdurrahman I, keturunan Bani Umayyah yang lolos dari pembantaian di Timur, membentuk pemerintahan baru yang mandiri dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Pada masa ini, sejarah Islam di Spanyol mencatat kejayaan yang luar biasa. Kordoba tumbuh sebagai kota metropolitan yang penuh inovasi. Lebih dari 700 masjid berdiri megah, 60.000 rumah besar, dan puluhan perpustakaan dengan koleksi ilmu pengetahuan dari berbagai penjuru dunia. Kordoba, Granada, dan Sevilla menjadi magnet bagi pelajar dari Eropa dan dunia Islam.
Andalusia bukan hanya pusat ilmu pengetahuan, tetapi juga contoh toleransi antarumat beragama. Muslim, Yahudi, dan Kristen hidup berdampingan dan berkontribusi dalam kemajuan ilmu kedokteran, astronomi, filsafat, hingga arsitektur.
Ilmuwan dan Peninggalan Hebat dari Andalusia
Tidak dapat dipungkiri, sejarah Islam di Spanyol melahirkan banyak tokoh penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Di antaranya adalah Ibnu Rusyd (Averroes), seorang filsuf dan dokter yang karya-karyanya menjadi referensi di Barat. Ada pula Ibnu Khaldun, sang pelopor ilmu sosiologi, dan Al-Idrisi, ahli geografi yang peta-petanya digunakan selama berabad-abad.
Salah satu bukti kejayaan arsitektur Islam di Spanyol adalah Madinat al-Zahra, kompleks istana megah di dekat Kordoba yang di bangun dari marmer, onyx, dan gading. Proyek ini memakan waktu lebih dari 40 tahun dan menjadi simbol kekuatan ekonomi serta kebudayaan Islam di masa itu.
Selain itu, Masjid Kordoba yang kini menjadi katedral tetap mempertahankan arsitektur Islamnya yang ikonik, sebuah bukti nyata dari warisan sejarah Islam di Spanyol yang masih bisa di saksikan hingga sekarang.
Baca juga: Jejak Keberanian di Perang Ahzab, Strategi, Tokoh, dan Kemenangan
Kemunduran dan Akhir Kekuasaan Islam di Spanyol
Namun tidak ada kejayaan yang abadi. Memasuki abad ke-11, kekuatan Islam di Spanyol mulai terpecah-pecah dalam kerajaan kecil (taifah) yang saling bersaing. Kondisi ini di manfaatkan oleh pasukan Kristen dari utara yang melancarkan misi Reconquista, usaha merebut kembali wilayah Spanyol dari tangan Muslim.
Pada tahun 1085, Toledo jatuh ke tangan Alfonso VI dari Kastilia. Ini menjadi awal kehancuran yang berlanjut hingga jatuhnya Granada pada 1492, yang menandai akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Runtuhnya Granada membawa serta pengusiran dan pembantaian terhadap umat Islam serta Yahudi yang selama ini hidup damai di bawah pemerintahan Muslim.
Bagi umat Islam, ini menjadi salah satu tragedi besar dalam sejarah Islam di Spanyol, karena peradaban yang begitu megah runtuh dalam waktu singkat akibat perpecahan internal dan serangan eksternal yang tidak terbendung.
Islam di Spanyol Modern, Sisa-sisa Jejak yang Bertahan
Meski secara politik Islam telah lama lenyap dari Spanyol, jejaknya tetap terasa hingga kini. Mulai dari arsitektur, bahasa, hingga kebiasaan masyarakat setempat masih menyimpan pengaruh kebudayaan Islam. Bahkan pada abad ke-20, gelombang imigrasi dari negara-negara Muslim seperti Maroko, Aljazair, dan Timur Tengah kembali menghidupkan Islam di Spanyol.
Hingga 2016, populasi Muslim di Spanyol mencapai sekitar 2 juta jiwa atau 4% dari total penduduk. Meskipun mayoritas adalah imigran, namun mereka mulai membentuk komunitas dan membangun masjid, sekolah, serta pusat kebudayaan Islam.
Hari ini, meskipun minoritas, umat Islam di Spanyol tetap menjaga nilai-nilai yang pernah berjaya di masa lalu. Inilah bukti bahwa sejarah Islam di Spanyol tidak benar-benar hilang, melainkan terus hidup dalam bentuk yang berbeda.
Kesimpulan
Mengulas sejarah Islam di Spanyol bukan hanya sekadar menilik masa lalu, tetapi juga memahami bagaimana kekuasaan, toleransi, dan ilmu pengetahuan bisa bersinergi menciptakan peradaban yang besar. Jejak Andalusia adalah pengingat bahwa Islam pernah menjadi cahaya di jantung Eropa, dan warisannya masih bisa di temukan hari ini, jika anda mau mencarinya.
Sejarah ini mengajarkan bahwa kejayaan tidak datang hanya karena kekuatan, melainkan karena pengetahuan dan toleransi. Semoga sejarah Islam di Spanyol menjadi pelajaran berharga dalam membangun masa depan yang lebih beradab.