Online-uttarakhand.com – Perang Iran Israel makin panas dan bikin dunia nggak bisa lepas mata. Konflik yang sudah lama bergejolak ini tiba-tiba meledak dengan serangan-serangan berat dari kedua belah pihak. Kamu pasti penasaran, kenapa sih perang Iran Israel bisa sampai segitunya? Apa yang bikin dua negara ini terus saling serang dan nggak pernah ada habisnya? Yuk, kita kupas tuntas fakta-fakta penting soal perang Iran Israel yang lagi jadi sorotan global!
Serangan Balasan Iran dan Alasan Resmi
Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan bahwa serangan balasan ini merupakan bentuk pertahanan diri yang sah berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB. Dalam keterangan resminya, Iran menegaskan bahwa serangan tersebut adalah tanggapan terhadap agresi militer Israel yang terus berlangsung dan telah menyebabkan kematian penasihat militer Iran di Suriah. Iran menganggap tindakannya legal dalam kerangka hukum internasional karena bertujuan melindungi kepentingan nasional dan rakyatnya.
Pemicu Utama, Serangan di Damaskus
Pemicu utama eskalasi ini adalah serangan Israel ke ibu kota Suriah, Damaskus, pada awal April 2024. Serangan tersebut menargetkan fasilitas yang digunakan oleh militer Iran dan menyebabkan tewasnya tiga komandan penting Garda Revolusi. Israel tidak mengonfirmasi secara langsung keterlibatannya, namun pihak internasional meyakini bahwa serangan tersebut merupakan bagian dari kampanye rahasia Israel untuk melemahkan pengaruh Iran di Suriah.
Ketegangan Regional Semakin Kompleks
Perang Iran Israel tidak terjadi dalam ruang hampa. Kawasan Timur Tengah telah dilanda konflik berkepanjangan. Perang di Gaza, bentrokan antara Israel dan Hizbullah di Lebanon, serta serangan milisi Houthi Yaman terhadap kapal-kapal Barat di Laut Merah menambah kompleksitas krisis ini.
Situasi geopolitik yang tidak stabil menciptakan risiko eskalasi yang bisa melibatkan kekuatan besar dunia, seperti Amerika Serikat dan Rusia. Apalagi, baik Iran maupun Israel memiliki sekutu regional dan internasional yang siap memberikan dukungan militer maupun politik.
Akar Konflik Iran dan Israel
Hubungan Iran dan Israel tidak selalu bermusuhan. Pada awalnya, bahkan sebelum Revolusi Islam 1979, Iran menjadi salah satu negara Muslim pertama yang mengakui Israel. Namun setelah revolusi dan naiknya Ayatollah Khomeini, hubungan kedua negara memburuk drastis. Khomeini menyebut Israel sebagai “Setan Kecil” dan Amerika Serikat sebagai “Setan Besar”.
Sejak saat itu, Iran aktif mendukung kelompok militan seperti Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Palestina yang secara terbuka memusuhi Israel. Iran juga memberikan bantuan militer dan logistik untuk berbagai milisi Syiah di kawasan, termasuk di Suriah, Irak, dan Yaman. Sebaliknya, Israel melihat kehadiran dan pengaruh Iran di wilayah-wilayah tersebut sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasionalnya.
Perang Bayangan dan Operasi Rahasia
Perang antara Iran dan Israel tidak selalu tampak dalam bentuk perang terbuka. Selama dua dekade terakhir, keduanya terlibat dalam apa yang disebut “perang bayangan”, yakni serangkaian operasi rahasia dan sabotase. Israel dituduh telah membunuh sejumlah ilmuwan nuklir Iran dan menyerang fasilitas nuklir Teheran. Iran pun merespons melalui serangan siber dan dukungan terhadap kelompok perlawanan di perbatasan Israel.
Puncaknya terjadi pada awal 2020 ketika Jenderal Qassem Soleimani dibunuh oleh serangan drone AS di Irak. Israel menyambut baik tindakan tersebut karena Soleimani dianggap sebagai arsitek kebijakan militer ekspansionis Iran di Timur Tengah. Iran membalas dengan menyerang pangkalan militer AS di Irak, meskipun tidak langsung menyerang Israel.
Eskalasi Berkelanjutan Hingga 2024
Setelah insiden Soleimani, rangkaian konflik semakin meningkat. Pada November 2021 dan Mei 2022, Israel membunuh dua tokoh penting Garda Revolusi Iran. Kemudian pada Desember 2023 dan Januari 2024, Iran kembali kehilangan beberapa tokoh militernya dalam serangan udara di Suriah yang dituduhkan kepada Israel.
Serangan besar-besaran Iran ke Israel pada April 2024 adalah puncak dari akumulasi berbagai tindakan provokatif antara kedua negara. Meskipun sebagian besar rudal dan drone berhasil dicegat sistem pertahanan Israel, serangan ini menunjukkan bahwa Iran memiliki kemampuan untuk menembus pertahanan dan menyerang langsung wilayah Israel.
Dampak Global dari Konflik Iran Israel
Konflik ini bukan hanya berdampak regional, tapi juga global. Ketegangan ini mengancam stabilitas ekonomi global, terutama karena jalur perdagangan energi dunia seperti Selat Hormuz dan Laut Merah menjadi wilayah rawan. Harga minyak mentah melonjak setelah serangan Iran ke Israel, mencerminkan ketakutan pasar terhadap potensi gangguan suplai.
Negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan sekutu Eropa, menyerukan deeskalasi. Namun, mereka juga menyatakan dukungan terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri. Di sisi lain, Rusia dan China meminta semua pihak menahan diri, sambil tetap menjalin hubungan strategis dengan Iran.
Ancaman Perang Skala Besar
Kekhawatiran utama dari komunitas internasional adalah terjadinya perang skala besar antara Iran dan Israel yang bisa melibatkan negara-negara lain. Hezbollah di Lebanon sudah menyatakan kesiapan membantu Iran jika Israel melancarkan serangan balasan yang besar. Begitu pula milisi di Irak dan Yaman yang bersekutu dengan Teheran.
Israel, di sisi lain, mengancam akan menyerang fasilitas nuklir Iran jika situasi memburuk. Hal ini tentu bisa memicu reaksi lebih keras dari Iran dan memancing keterlibatan AS secara langsung.
Kesimpulan
Perang Iran Israel yang tengah berlangsung adalah hasil dari akumulasi panjang konflik, kebijakan luar negeri agresif, dan saling tidak percaya antara kedua negara. Serangan udara, dukungan terhadap kelompok milisi, dan aksi sabotase telah mengisi sejarah hubungan mereka selama puluhan tahun.
Konflik ini tidak hanya memengaruhi Iran dan Israel, tapi juga memiliki potensi besar mengguncang stabilitas kawasan dan dunia. Langkah diplomatik dan tekanan internasional menjadi sangat penting untuk mencegah perang besar yang bisa menelan lebih banyak korban dan menghancurkan perdamaian global yang rapuh.
Masyarakat dunia kini hanya bisa berharap agar eskalasi konflik tidak berkembang menjadi perang terbuka antarnegara yang lebih luas. Dialog dan diplomasi harus kembali diutamakan demi menghindari tragedi kemanusiaan lebih besar di Timur Tengah.