Online-uttarakhand.com – Perang Arab Saudi Vs Yaman adalah simfoni pilu dari krisis politik, perebutan kekuasaan, dan tarikan kepentingan global yang berlangsung sejak akhir 2014 dan terus mengoyak Timur Tengah. Dengan rentetan bom, blokade laut, dan jutaan nyawa terombang-ambing di tengah kehancuran, perang ini menyisakan luka mendalam tak hanya bagi rakyat Yaman, tapi juga dunia internasional. Mengapa Perang Arab Saudi Vs Yaman bisa terjadi? Mari kita kupas tuntas bersama-sama dalam pembahasan berikut ini!
Asal Mula Konflik, Api yang Disulut dari Dalam
Banyak yang mengira konflik ini semata-mata tentang dua negara, tapi sejatinya lebih kompleks dari itu. Semua bermula ketika kelompok pemberontak Houthi yang berasal dari sekte Syiah Zaidi di utara Yaman menggulingkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi pada 2014 dan mengambil alih ibu kota Sanaa. Kudeta ini memicu gelombang protes dan kekacauan yang merambat ke seluruh negeri.
Pemerintah yang terguling melarikan diri ke kota Aden di selatan, dan dari sinilah pangkal konflik bereskalasi menjadi perang terbuka. Ketika kekuatan regional masuk ke dalam arena, Perang Arab Saudi Vs Yaman tak bisa lagi di hindari.
Arab Saudi Turun Tangan, Demi Stabilitas atau Ambisi?
Pada Maret 2015, Arab Saudi memimpin koalisi militer internasional untuk melakukan intervensi di Yaman. Alasan utamanya adalah mengembalikan pemerintahan yang di akui dunia internasional, namun banyak pihak menilai ada ambisi geopolitik di baliknya terutama untuk mencegah Iran, rival regionalnya, mendapatkan pijakan di Semenanjung Arab lewat dukungan terhadap Houthi.
Koalisi Arab ini melancarkan serangan udara massif, memblokade pelabuhan utama, dan mendukung pasukan pro-pemerintah di darat. Namun, alih-alih membawa solusi, operasi militer ini justru memperpanjang penderitaan warga sipil.
Aktor-Aktor Konflik, Tak Sekadar Dua Kubu
Meski kerap di gambarkan sebagai pertarungan antara Arab Saudi dan Houthi, Perang Arab Saudi Vs Yaman sejatinya melibatkan banyak pihak yaitu:
- Kelompok Houthi, yang kini menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman.
- Pemerintah Yaman yang di akui internasional, berbasis di Aden.
- Koalisi Arab yang terdiri dari negara-negara seperti Uni Emirat Arab, Sudan, dan Bahrain.
- Kelompok teroris seperti Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) dan ISIS, yang memanfaatkan kekacauan untuk menguatkan posisi.
- Milisi lokal dan suku-suku bersenjata, yang kerap bersekutu demi kepentingan sementara lalu saling berbalik arah.
Iran di Balik Bayang-Bayang, Dukungan Tak Resmi yang Menyulut Api
Iran kerap di tuduh sebagai dalang di balik kebangkitan Houthi. Meski Teheran membantah keterlibatan langsung, laporan intelijen dan investigasi internasional menunjukkan adanya dukungan senjata, pelatihan, dan dana kepada kelompok pemberontak tersebut.Bagi Arab Saudi, keterlibatan Iran adalah ancaman eksistensial. Oleh sebab itu, konflik ini pun menjelma menjadi perang proksi antara dua kekuatan besar di Timur Tengah Arab Saudi dan Iran.
Bencana Kemanusiaan, Neraka yang Nyata di Tanah Yaman
Dari semua yang terlibat dalam Perang Arab Saudi Vs Yaman, rakyat sipil adalah yang paling menderita. Hingga kini, konflik ini telah menewaskan lebih dari 370.000 jiwa, sebagian besar karena kelaparan, penyakit, dan minimnya layanan kesehatan bukan karena peluru atau bom.
Lebih dari 4 juta orang mengungsi, sementara jutaan lainnya hidup di ambang kelaparan. Anak-anak tumbuh di tengah reruntuhan sekolah dan rumah sakit yang hancur, dengan masa depan yang di gantungkan pada bantuan internasional yang seringkali terhambat oleh blokade dan ketegangan politik.
Peran Negara Barat, Diam-Diam Mendukung Perang
Meskipun banyak negara Barat menyerukan perdamaian, kenyataannya cukup ironis. Negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis telah menjadi pemasok utama senjata bagi koalisi Arab. Mereka menjual jet tempur, rudal, dan sistem pertahanan yang di gunakan dalam serangan ke wilayah sipil di Yaman. Alasan mereka? Alasan ekonomi, kontrak senjata miliaran dolar, dan tentu saja, menjaga hubungan strategis dengan Arab Saudi mitra utama dalam industri minyak dan keamanan kawasan.
Upaya Perdamaian, Cahaya Kecil di Ujung Terowongan
Harapan belum sepenuhnya padam. Beberapa kali perundingan damai telah diadakan, baik oleh PBB maupun negara-negara netral seperti Oman. Gencatan senjata sempat disepakati pada 2022, namun pelanggaran terus terjadi.
Konflik ini juga semakin di perumit oleh perubahan dinamika politik di dalam negeri masing-masing aktor. Pemerintah Yaman terpecah, Houthi makin kuat, dan Arab Saudi kini mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan perang.
Baca juga: Perang Shiffin, Titik Balik Terpecahnya Umat Islam di Awal Sejarah Kekhalifahan
Penutup
Perang Arab Saudi Vs Yaman adalah pengingat pahit tentang bagaimana ambisi politik dan perebutan pengaruh bisa berubah menjadi tragedi kemanusiaan. Dengan banyaknya aktor yang terlibat, jalan menuju perdamaian memang tak mudah.
Tapi dunia tak bisa terus menutup mata. Setiap bom yang jatuh di Sanaโa, setiap anak yang mati kelaparan di Taiz, adalah tanggung jawab kolektif. Sudah saatnya dunia internasional mendorong penyelesaian damai yang adil dan mengikat. Bukan hanya untuk mengakhiri konflik, tapi juga memulihkan kemanusiaan di negeri yang telah terlalu lama menderita.