online-uttarakhand | Alexander the Great, atau yang di kenal juga sebagai Alexander Agung, adalah salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah dunia. Keberanian dan kecerdasannya dalam berperang telah mengubah peta dunia pada zamannya, menjadikannya legenda yang tak terlupakan.
Namun, di balik segala prestasi luar biasa yang di raihnya, ada sisi gelap dalam kehidupan Alexander yang jarang di bicarakan, yaitu kebiasaannya yang berhubungan dengan alkohol. Salah satu cerita paling tragis adalah ketika ia membunuh komandan perangnya sendiri, Cleitus the Black, dalam keadaan mabuk, sebuah tindakan yang mengubah arah hidupnya.
Alexander the Great dan Pencapaiannya yang Mengagumkan
Pada saat kematiannya pada tahun 323 SM, Alexander the Great telah menaklukkan wilayah yang luas, mencakup Eropa, Asia, dan Afrika. Kerajaan yang di dirikannya membentang dari Yunani hingga India, menjadikannya salah satu pemimpin terbesar dalam sejarah.
Alexander tidak hanya di kenal karena kehebatannya di medan perang, tetapi juga karena visinya untuk menyatukan dunia yang luas ini, dengan membawa kebudayaan Yunani ke daerah yang ia taklukkan melalui Hellenisme.
Alkohol, Sisi Gelap Alexander the Great
Meskipun Alexander di kenal karena kecerdasannya dalam strategi militer, ia juga terkenal dengan kebiasaannya yang berhubungan dengan alkohol. Sejumlah penulis biografi mencatat bagaimana raja Makedonia ini sering terlibat dalam pesta mabuk-mabukan, yang akhirnya mengarah pada salah satu tindakan tragis dalam hidupnya. Dalam sebuah perjamuan yang di adakan pada tahun 328 SM, Alexander mengalami perselisihan sengit dengan komandan perangnya, Cleitus the Black.
Momen Tragis, Pembunuhan Cleitus the Black
Cleitus the Black adalah seorang pahlawan perang yang berjasa besar dalam kemenangan Alexander, terutama dalam Pertempuran Granicus pada 334 SM. Namun, dalam sebuah perjamuan yang di adakan untuk menghormati Dionysus, dewa anggur, terjadilah ketegangan yang akhirnya berujung pada pembunuhan.
Setelah mabuk, Alexander membuat keputusan yang emosional dengan menyerang Cleitus setelah perselisihan mengenai keputusan-keputusan militer yang di ambil oleh Alexander. Cleitus, yang merasa dihina, mengkritik kebijakan Alexander dan memuji ayahnya, Philip II, yang di anggap lebih bijaksana.
Pertengkaran yang semakin memanas itu akhirnya berujung pada tragedi, ketika Alexander, dalam keadaan marah, melemparkan lembing ke jantung Cleitus, membunuhnya di tempat. Kejadian ini menghantui Alexander seumur hidupnya.
Setelah menyadari apa yang telah di lakukannya, Alexander merasa sangat menyesal dan mengasingkan diri di dalam tendanya selama beberapa hari. Ia bahkan menolak untuk makan atau minum selama tiga hari sebagai bentuk penyesalan atas kematian temannya.
Alexander the Great, Pemabuk Agung?
Pesta mabuk dan tindakan tragis ini memberikan gambaran tentang sisi gelap Alexander the Great. Meskipun demikian, para peneliti modern mencoba untuk menggali lebih dalam tentang apakah kebiasaan alkohol Alexander termasuk dalam kategori kecanduan atau hanya sebatas kebiasaan yang berlebihan.
Dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 2003, di temukan bahwa Alexander sering mengonsumsi anggur dalam jumlah besar, bahkan hingga keracunan. Namun, para peneliti menegaskan bahwa meskipun Alexander memiliki kebiasaan minum alkohol yang ekstrem. Tidak ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa ia menderita alkoholisme atau ketergantungan pada alkohol.
Alexander the Great bukan hanya di kenal sebagai pemimpin yang luar biasa di medan perang. Tetapi juga sebagai sosok yang memiliki sisi manusiawi dengan kelemahan-kelemahannya. Meskipun kebiasaannya dengan alkohol menjadi bagian dari kisah hidupnya, kita tidak bisa mengabaikan pencapaiannya yang monumental dalam sejarah dunia. Hingga saat ini, warisan Alexander the Great masih terasa dalam budaya dan sejarah dunia. Menjadikannya salah satu tokoh yang tak terlupakan sepanjang masa.